Selasa, 11 Februari 2014

TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN



TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN

Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori asal usul kehidupan. Namun semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap awal mula kehidupan di muka bumi ini. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos belaka. Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai bahan kajian untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia. Untuk mengetahui asal-usul kehidupan, para ilmuwan menyelidiki dan melakukan eksperimen. Selain penelitian, teori-teori dikemukakan oleh beberapa ilmuwan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
A.    TEORI ABIOGENESIS
Teori abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea. Pokok dari teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda atau materi tidak hidup dan kehidupan terjadi secara spontan (generatio spontanea).
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
a.       ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b.      Cacing berasal dari tanah, dan
c.       Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Ilmuwan lain yang mendukung teori ini adalah  John Needham  (1700). Ilmuwan dari Inggris ini melakukan percobaan dengan merebus sebentar air kaldu yang berasal dari sepotong daging. Air kaldu tersebut menjadi keruh karena adanya mikroorganisme. Ilmuwan tersebut kemudian berkesimpulan bahwa mikroorganisme berasal dari air kaldu.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17. Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
B. TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang -orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketiga ilmuwan ini melakukan percobaan dan membuktikan teori biogenesis. Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lagi. Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis.
a)      Percobaan Francesco Redi (1626-1697)
Francesco Redi adalah seorang dokter, ahli bedah, dan ilmuwan yang terkenal dengan eksperimennya yang menentang teori generasi spontan (Spontaneous Generation). Sebagai seorang dokter dan ahli bedah, dia melayani bangsawan Tuscany seperti Ferdinand II dan Casimo III.  Redi juga dikenal sebagai seorang penulis soneta, salah satu karyanya yang terkenal berjudul Bacco in Toscano (1685).
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menentang teori abiogenesis. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Stoples I    : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
·         Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
·         Stoples III             : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
·         Stoples I    : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
·         Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUpPYDEeQalw_y5UwkoxBHwoK4iUQfaWiqQRjxcFFtWdh5taUMosB8itxpjmBjSo85HGfR8yRXofalnjI7aeb1WGAnMF6pPtmUCStjqQ8Bile5P-cufKReqcymqy_rZ93ukm8JBbmd_Rsk/s400/zXzx.png
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
b)      Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Lazzaro Spallanzani (lahir 10 Januari 1729 – meninggal 12 Februari 1799 pada umur 70 tahun) adalah seorang imam, ahli fisiologi, dan ilmuwan asal Italia. Dia lahir dari pasangan Gianniccolò, seorang pengacara, dan Lucia Ziglia. Pada tahun 1753, Spallanzani mendapatkan gelar doktor di bidang filosofi dan lima tahun kemudian ditahbiskan menjadi imam. Saat menjadi imam, penelitiannya tentang fenomena alam tetap berjalan dan didanai oleh Gereja. Generasi spontan mikroorganisme kaldu pembusukan ada tahun 1755, Spallanzani menjadi pengajar logika, metafisik, dan bahasa Yunani di Perguruan Tinggi Regio, Lombardy. Laporan terakhir yang ditulis oleh Spallanzani muncul pada tahun 1978 mengenai pengamatan tanaman yang disimpan dalam air dan sinar matahari memberikan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Spallanzani meninggal akibat koma uremik pada 12 Februari 1799.
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
·         Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
·         Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
·         Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv8mtgKUSom9KUh2SlDk5YflWFFwPljq2356qMcJrRh24IKGz9SiCueWdzQcFXRs_xfULABfZIhcmV_wlBtaCMaEVcYCSfC0tFfbyABaJ4yRVaol_ApeEUavLVvRyLtwKBzG4s5FVpHmC0/s1600/zxZcc.png
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
Percobaan Needham, dan Spallanzani
 Gambar Percobaan Needham dan Spallanzani
c)      Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Louis Pasteur (lahir di Dole, Jura, Franche-Comté, Perancis, 27 Desember 1822 – meninggal di Marnes-la-Coquette, Hauts-de-Seine, Perancis, 28 September 1895 pada umur 72 tahun) adalah ilmuwan kelahiran Perancis. Sebagai ilmuwan, ia berhasil menemukan cara mencegah pembusukan makanan hingga beberapa waktu lamanya dengan proses pemanasan yang biasa disebut pasteurisasi. Louis Pasteur memulai kariernya sebagai ahli fisika di sebuah sekolah lanjutan atas. Pada usia 26 tahun ia sudah menjadi profesor di Universitas Strasbourg, kemudian ia pindah ke Universitas Lille dan di sana pada tahun 1856 ia melakukan penemuan yang berarti sangat besar bagi bidang kedokteran.
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu.
Percobaannya menggunkan 2 pipa yaitu pipa lurus dan pipa leher angsa.
·         Pipa 1 labu diisi air kaldu, lalu didihkan dengan maksud agar organisme didalam lebih steril. Debu masuk kdalam labu terinfeksi oleh mikro organisme.
·         Pipa 2 labu diisi air kaldu, labu didihkan dengan maksud agar organisme didalam lebih steril. Debu dan partikel di udara tertahan di lebu leher angsa.
Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
·         Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
·         Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMxxJK61iQXEXuRa4cbj510wIfCdl9YuYIlJisvzzu3iVQK0Wmm0JZWIS11Av3q0aYUCT9GHHwpPZS5laBU8_dBpFsy5IMuhDIrwwDvaxcI9Oeaz9oMSgpOdOmUhir11BLCNyrNzUPcwp2/s400/cZczcxc.png
Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepermukaan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi keruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang awal mula makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan:
a.       Omne vivum ex ovo : setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b.      Omne ovum ex vivo : setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c.       Omne vivum ex vivo : setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang awal mula kehidupan yang dikembangkan oleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b.      Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
c.       Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d.      Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.