Rabu, 26 Oktober 2016

KECERDASAN MAJEMUK



MULTIPLE INTELLIGENCE (KECERDASAN MAJEMUK)

A.      Pendahuluan
Selama lebih dari dua puluh tahun teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence disebut-sebut sebagai teori kecerdasan paling mutakhir. Teori yang mengusung konsep pembagian kecerdasan pada manusia ini, seakan menjadi jawaban bagi banyak pemerhati dan pendidik dunia pendidikan, untuk pertanyaan seputar bakat dan potensi manusia. Teori kecerdasan majemuk membuka paradigma banyak orang tua, untuk lebih memahami arti dari keunikan dan kekhasan masing-masing anak. Pandangan teori yang menyebutkan bahwa penampilan anak pada prestasi akademisnya di sekolah, tidak selalu dapat menunjukkan bahwa anak tersebut lebih pandai dari anak yang lain, mengubah cara pandang orang tua terhadap hasil raport anaknya. Tidak hanya sebatas itu, teori ini pun dipercaya telah mengubah banyak sistem penyelenggaraan kurikulum pendidikan di berbagai sekolah di berbagai Negara.
Teori kecerdasan majemuk diusulkan oleh Howard Gardner pada 1983. Teori ini muncul berdasarkan pengamatan Gardner, yang melihat bahwa seorang anak di sekolah, dengan prestasi akademik yang menonjol, tidak kemudian secara otomatis dikatakan lebih pintar, dibandingkan dengan anak yang terlihat susah payah mengikuti pelajaran sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain atau berolahraga. Intelligence, particularly as it is traditionally defined, does not sufficiently encompass the wide variety of abilities humans display. Menurutnya kepandaian anak tidak dapat semata-mata dilihat dari prestasinya di sekolah. Anak yang tertinggal pelajarannya di sekolah mungkin menonjol pada area kecerdasan lain. Misalnya saja olahraga, musik atau seni.
Gardner mengamati sering kali penilaian akan kecerdasan seorang anak hanya dilihat dari kemampuannya mengikuti hal-hal akademis di sekolah. Padahal jika semua orang tua sepakat bahwa tiap anak unik dan memiliki potensi khas masing-masing, seharusnya lebih banyak faktor yang dicermati sebelum memutuskan seorang anak cerdas atau tidak. Kemudian, sejalan dengan beberapa fakta yang dia temukan, Gardner menemukan fakta lainnya bahwa mereka yang mengalami cedera otak, secara menganggumkan memiliki kecerdasan menonjol pada bidang tertentu yang membuatnya dapat menjadi spesialis bidang tersebut atau bahkan maestro. Cedera otak ini bisa jadi karena bawaan ataupun kecelakaan.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Gardner lalu mulai merumuskan teori ini dengan melakukan pengamatan intensif pada orang-orang yang baik sejak lahir ataupun karena kecelakaan mengalami cedera otak. Diantara banyak hal menarik yang terjadi, Gardner mengungkapkan bahwa seseorang yang tadinya hidup normal dengan kulitas kemampuan seperti yang lainnya, lalu secara tidak sengaja mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera otak, tiba-tiba dia memiliki kemampuan sangat menonjol di bidang tertentu. Dari fakta-fakta ini, Gardner melihat bahwa kecerdasan dapat dikategorikan dan setiap individu memiliki kecenderungan kecerdasan menonjol tertentu, disadari atau tidak. Walaupun demikian, kecerdasan menonjol ini mungkin akan terlihat lebih signifikan pada mereka yang mengalami cedera otak. Sementara yang tidak, kemungkinan besar memiliki kecerdasan yang berimbang di tiap area kecerdasan.
Saat itu Gardner mendeskripsikan tujuh area kecerdasan, yaitu: bodily-kinesthetic, interpersonal, verbal-linguistic, logical-mathematical, intrapersonal, visual-spatial dan musical. Kemudian di tahun 1997 pada simposium MIND (Multiple Intelligence New Directions) Gardner menambahkan kecerdasan kedelapan yaitu naturalistic. Tiap kecerdasan khas dan membawa karakter tertentu, seperti gaya belajar, potensi bakat, minat bahkan sifat personal. Seorang individu dapat memiliki beberapa kecerdasan yang menonjol atau bahkan semua kecerdasan tersebut dia miliki secara hampir berimbang. Jika lingkungan dapat dengan tepat memberikan stimulasi yang dibutuhkan, kecerdasan tertentu yang menjadi kelebihan seseorang akan membawanya menjadi ahli di bidang tersebut dan melejitkan potensi pribadi yang akan membawa kesuksesan baginya.

B.       MULTIPLE INTELLIGENCE
1.        Pengertian Multiple intelligence
Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan Prof. Howard Gardner. Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelligence bukanlah untuk membuat anak-anak kita menjadi hebat. Namun,konsep tersebut, paling tidak dapat  membantu kita untuk memahami bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa.
Pengertian dari kecerdasan menurut Howard Gardner adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Sedangkan multiple intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap individu lebih dari satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu delapan jenis kecerdasan di dalam dirinya,yang disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk berpikir abstrak
2. Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru

2.        Konsep Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Konsep multiple intelligence diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep multiple intelligence menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or Mind : The Theory of Multiple Intelligences ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Delapan jenis kecerdasan ini,setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Dalam bukunya, Thomas Amstrong (2002) juga menyebutkan kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas.
Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi  kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
3.        10 Macam kecerdasan Majemuk
1.      Kecerdasan matematika-logika (Logical mathematical intelligence)
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
2.      Kecerdasan bahasa (verbal linguistic intelligence)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
3.      Kecerdasan musikal (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4.      Kecerdasan visual-spasial (visual spatial intelligence)
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
5.      Kecerdasan kinestetik (body/kinesthetic intelligence)
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
6.      Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.
7.      Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
8.      Kecerdasan naturalis (naturalistic intelligence)
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya. 
9.      Kecerdasan spiritual (spiritualist intelligence)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan manusia mengenal Tuhannya, meyakini keberadaan dan keEsaan Tuhan, serta melakukan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dalam menjalani kehidupan ia tidak akan putus harapan, karena ada Tuhan tempat bergantung segala sesuatu, dalam keadaan bahagia, ada Tuhan tempat dia melantunkan puja dan puji syukur. Kecerdasan ini akan membentuk jiwa dan pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masayarakat dan negaranya.
10.  Kecerdasan eksistensial (exsistensialist intelligence)
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang luas,jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian). Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia dalam menjawab berbagai macam persoalan terdalam tentang eksistensi atau keberadaan manusia. Para ahli filsafat (Filosof) merupakan salah satu bukti kecerdasan ini, diantaranya adalah Plato, Sokrates, Immanuel Kant, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Mereka berpikir dan memikirkan tentang eksistensi manusia dan alam.

C.      Strategi Pembelajaran Kecerdasan Ganda
Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Strategi pengajaran yang dapat dilakukan antara lain:
1.        Kecerdasan Logika Matematika (Logical mathematical intelligence)
  • Bermain puzzel atau ular tangga
  • Bermain dengan bentuk-bentuk geometri
  • Pengenalan bilangan melalui nyanyian,tepuk,dan sajak berirama
  • Eksperimen sederhana,misalnya mencampur warna
  • Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer
2.        Kecerdasan Bahasa (verbal linguistic intelligence)
  • Mengajak anak berdialog dan berdiskusi
  • Membacakan cerita
  • Bermain peran
  • Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak
  • Mengisi buku harian dan menulis surat pada teman
3.        Kecerdasan Musikal (musical/rhythmic intelligence)
  • Mengajak anak bermain alat musik,baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri
  • Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama
  • Diskografi,yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik tertentu
  • Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun dengan melodinya
  • Menirukan berbagai nada,memperdengarkan musik instrumentalia,dan mengajak anak bernyanyi sendiri atau bersama-sama
4.        Kecerdasan Visual Spasial (visual spatial intelligence)
  • Mengajak anak melukis,menggambar,atau mewarnai
  • Memberikan kesempatan anak untuk mencoret-coret
  • Membuat prakarya
  • Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak
  • Bermain balok,lego,atau puzzel
5.        Kecerdasan Kinestetik/Fisik (body/kinesthetic intelligence)
  • Mengajak anak menari bersama
  • Bermain peran
  • Bermain drama
  • Berolahraga
  • Meniru gerakan orang lain
6.        Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence)
  • Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi
  • Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah
  • Melatih anak-anak menghargai perbedaan pendapat
  • Menumbuhkan sikap ramah dan peduli sesama
  • Melatih anak mengucapkan terima kasih,minta tolong,atau minta maaf
  • Melatih kesabaran menunggu giliran
7.        Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
  • Bercakap-cakap tentang cita-cita
  • Mengisi buku harian atau jurnal sederhana
  • Bermain menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya
  • Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku
  • Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
8.        Kecerdasan Naturalis (naturalistic intelligence)
  • Karya wisata alam
  • Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela
  • Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk mengamatinya
  • Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya
  • Membuat herbarium sederhana atau membuat kebun/taman sebagai proyek bersama
9.        Kecerdasan Spiritual (spiritualist intelligence)
  • Diskusi tentang semua ciptaan Tuhan
  • Mengenalkan tata cara sholat yang benar
  • Menghafal surat-surat pendek
10.    Kecerdasan Eksistensial (exsistensialist intelligence)
  • Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan materi
  • Mendampingi anak dalam menekuni berbagai profesi moral yang positif
  • Menceritakan tokoh-tokoh penemu islam dilanjutkan dengan diskusi ringan
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong dalam Situmorang  (2004) seorang pakar di bidang kecerdasan majemuk mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh karena itu suatu  strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada masing-masing kecerdasan dapat  diterapkan  bukan saja pada mata pelajaran Matematika, tetapi juga dapat diterapkan  dalam mata pelajaaran lainnya seperti Bahasa, Fisika atau mata pelajaran yang menuntut unsur logika di dalamnya.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa teori  kecerdasan majemuk bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-masing individu, tetapi juga merupakan strategi pembelajaran yang ampuh untuk menjadikan siswa keluar sebagai juara pada jenis kecerdasan tertentu. Gardner dalam Situmorang  (2004) mengatakan, sebab pada dasarnya setiap individu memiliki satu atau lebih kecerdasan yang menonjol dari delapan kecerdasan yang ada. Bukankah Einstein yang dikatakan cerdas    juga mempunyai kelemahan pada jenis kecerdasan lainnya? Einstein adalah orang yang sangat cerdas pada dua jenis kecerdasan yaitu Matematis-Logis dan Spasial. Sementara untuk jenis kecerdasan yang lain ia tidak terlalu menonjol.
Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol dari diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk  tetap berada pada posisi yang menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti, siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.

DAFTAR RUJUKAN
 
Jasmine, J. M. A (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: NUANSA
http://emedkarmadi. Blogspot.com/2011/04/strategi-pembelajaran-berbasis.html
http://www.bpkpenabur.ac.id/files/hal 67-75 Penerapan Multiple Intelligence dalam sistem pembelajaran.Pdf
http://dyen-fajriyah.blogspot.com