TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN
Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan
mengenai teori asal usul kehidupan. Namun semuanya belum dapat
memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia
berusaha memberikan jawaban terhadap awal mula kehidupan di muka bumi ini.
Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos belaka. Berikut ini
dikemukakan beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai
bahan kajian untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia. Untuk mengetahui asal-usul kehidupan, para ilmuwan menyelidiki dan
melakukan eksperimen. Selain penelitian, teori-teori dikemukakan oleh beberapa
ilmuwan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
A. TEORI ABIOGENESIS
Teori
abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea. Pokok dari
teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda atau materi tidak hidup
dan kehidupan terjadi secara spontan (generatio spontanea).
Tokoh teori Abiogenesis
adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu
pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup
yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles
mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang
sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan
dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan
yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana cara
terbentuknya makhluk tersebut? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk
hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham
atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian
abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham
tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda
mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
a. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Ilmuwan
lain yang mendukung teori ini adalah John Needham (1700). Ilmuwan
dari Inggris ini melakukan percobaan dengan merebus sebentar air kaldu yang
berasal dari sepotong daging. Air kaldu tersebut menjadi keruh karena adanya
mikroorganisme. Ilmuwan tersebut kemudian berkesimpulan bahwa mikroorganisme
berasal dari air kaldu.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno
(Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17. Pada pertengahan
abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat
digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada
setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil
pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
B. TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan
selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang
-orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan
penelitian memecahkan masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang
tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi
(Italia, 1626-1799), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur
(Prancis, 1822-1895). Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini,
akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham
tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketiga ilmuwan ini melakukan percobaan dan membuktikan teori
biogenesis. Teori
biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lagi.
Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis.
a) Percobaan Francesco Redi (1626-1697)
Francesco Redi adalah seorang dokter, ahli bedah, dan ilmuwan yang terkenal
dengan eksperimennya yang menentang teori generasi spontan (Spontaneous
Generation). Sebagai seorang dokter dan ahli bedah, dia melayani bangsawan Tuscany seperti
Ferdinand II dan Casimo III. Redi juga
dikenal sebagai seorang penulis soneta, salah satu karyanya yang terkenal berjudul Bacco in Toscano (1685).
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham
abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi
menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk
menentang teori abiogenesis. Percobaan Redi selengkapnya
adalah sebagai berikut:
·
Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup
rapat-rapat.
·
Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan
tetap terbuka.
·
Stoples III : disi dengan sekerat daging,
dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman.
Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan
hasilnya sebagai berikut:
·
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini
tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
·
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya
ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa
larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III
bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang
ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan
lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain
kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada
dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
b) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Lazzaro
Spallanzani (lahir 10
Januari 1729 – meninggal 12 Februari 1799 pada umur 70 tahun) adalah seorang imam, ahli
fisiologi, dan ilmuwan asal Italia. Dia lahir dari pasangan Gianniccolò,
seorang pengacara, dan Lucia Ziglia. Pada tahun 1753, Spallanzani mendapatkan
gelar doktor di bidang filosofi dan lima tahun kemudian ditahbiskan
menjadi imam. Saat menjadi imam, penelitiannya tentang fenomena
alam tetap berjalan dan didanai oleh Gereja. Generasi spontan mikroorganisme
kaldu pembusukan ada tahun 1755, Spallanzani menjadi pengajar logika, metafisik, dan bahasa Yunani di Perguruan Tinggi Regio, Lombardy.
Laporan terakhir yang ditulis oleh Spallanzani muncul pada tahun 1978 mengenai pengamatan tanaman yang disimpan dalam air dan sinar matahari memberikan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Spallanzani meninggal akibat koma
uremik pada 12 Februari 1799.
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan
kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang
pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan
Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan
air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang
dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
·
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit
dan dibiarkan tetap terbuka.
·
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada
daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar
rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas
dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
·
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan
baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini
banyak mengandung mikroba.
·
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih
seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi,
apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak
mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak
(busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro
Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan
berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara.
Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke
dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan
terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk
terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan
pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
Gambar Percobaan Needham dan Spallanzani
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Louis Pasteur (lahir di Dole, Jura, Franche-Comté, Perancis, 27 Desember 1822 – meninggal di Marnes-la-Coquette, Hauts-de-Seine, Perancis, 28 September 1895 pada umur 72 tahun) adalah ilmuwan kelahiran Perancis. Sebagai
ilmuwan, ia berhasil menemukan cara mencegah pembusukan makanan hingga
beberapa waktu lamanya dengan proses pemanasan yang biasa disebut pasteurisasi. Louis Pasteur
memulai kariernya sebagai ahli fisika di sebuah sekolah lanjutan atas. Pada usia 26 tahun ia sudah
menjadi profesor di Universitas Strasbourg, kemudian ia pindah ke Universitas
Lille dan di sana pada tahun 1856 ia melakukan penemuan yang berarti sangat besar bagi bidang
kedokteran.
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis.
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro
Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat
labu.
Percobaannya menggunkan 2 pipa yaitu pipa lurus dan pipa leher
angsa.
·
Pipa
1 labu diisi air kaldu, lalu didihkan dengan maksud agar organisme didalam
lebih steril. Debu masuk kdalam labu terinfeksi oleh mikro organisme.
·
Pipa
2 labu diisi air kaldu, labu didihkan dengan maksud agar organisme didalam
lebih steril. Debu dan partikel di udara tertahan di lebu leher angsa.
Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut:
·
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus.
Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
·
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetap
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
·
Langkah III : labu yang
air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya
mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan
air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu menjadi busuk dan
banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya,
seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu,
akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk
leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada
pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat
berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara
akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepermukaan
pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah
kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan
beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi keruh, karena adanya pembusukan oleh
mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham
Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan
Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori
baru tentang awal mula makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis.
Teori itu menyatakan:
a. Omne vivum ex ovo : setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo : setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo : setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah
berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus
mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana
terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada
lagi beberapa teori tentang awal mula kehidupan yang dikembangkan oleh beberapa
Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini
berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul
berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.